Tag: life

  • [LIFE] Empat Minggu Pertama Sebagai Seorang Ibu

    [LIFE] Empat Minggu Pertama Sebagai Seorang Ibu

    Wow gak kerasa ya ternyata udah empat minggu berlalu sejak hari di mana aku harus ngerasain kedinginan & sendirian di ruang tunggu operasi. Tadinya aku mau nulis birth experience dulu, tapi rasanya aku masih terlalu emosional untuk nulis tentang pengalaman yang cukup bikin down itu. Jadi, kali ini aku mau cerita dulu apa aja yang aku rasakan selama empat minggu pertama sebagai seorang ibu.

    Hal pertama yang aku rasakan adalah: kaget. Ternyata hamil selama 40 minggu gak bikin aku bener-bener sadar 100% bahwa akan ada manusia kecil yang bergantung sepenuhnya sama aku. Di hari-hari pertama selama di rumah sakit mungkin bisa dibilang cukup ringan, karna ada saat-saat di mana Kinas dibawa suster untuk observasi. Dan itu bisa makan waktu berjam-jam, jadi aku bisa tidur & istirahat sejenak sebelum Kinas dikembaliin ke aku. Tapi begitu pulang ke rumah (rumah Ibu, tepatnya), wow it got very real! Empat malam aku gak tidur karna sepertinya Kinas mengalami growth spurt-nya yang pertama. Dan itu jatuhnya di malam takbiran pula, jadi pas Lebaran aku ngerasa kurang tidur banget. Untung Lebaran di Bandung, bukan di Lampung. Di Bandung Lebarannya bisa dibilang rada nyantai lah dibanding di Lampung. Aku bahkan bisa tidur siang sebentar pas Kinas tidur. Tapi malemnya lanjut dong begadang lagi :’)

    Hal kedua yang aku rasakan: baby blues. Aku udah ancang-ancang & membekali diri dengan pengetahuan yang cukup banyak tentang baby blues ini, termasuk perbedaan antara baby blues yang normal dengan yang masuk ke kategori postpartum depression. Di empat malem begadang itu aku sempet bertanya-tanya “Apakah ini PPD?” karna aku sempet ngerasa down banget. Tapi di siang harinya alhamdulillah aku biasa lagi. Dan rasa-rasa itu mulai hilang sekitar 2 minggu setelah melahirkan, jadi ternyata itu cuma baby blues biasa.

    Hal ketiga yang aku rasakan: haru. Ya Allah.. si mungil ini anakku lho! Aku! Yang ubun-ubunnya wangi, yang senyumnya manis, yang kalo nangis mukanya sampe merah banget, yang matanya bulat penuh, yang pipinya empuk kayak permen Yupi. Ah gemesnya!

    Hal keempat yang aku rasakan: kuatir. Ada saat-saat hening ketika aku menyusui Kinas malem-malem. Aku liatin mukanya & aku sadar kalo suatu hari nanti dia bakal ngalamin patah hati. Suatu hari nanti dia bakal mandiri & pergi-pergi sendiri tanpa aku. Suatu hari nanti dia bakal kuliah jauh. Masih lama banget sih tapi kok aku udah mulai sedih & kuatir? ?

    Hal kelima yang aku rasakan: syukur. Alhamdulillah selama hamil gak pernah ada masalah berarti. Melahirkannya pun walau gak sesuai dengan apa yang udah direncanakan, tapi bisa dibilang tetap lancar. Dan sekarang pun Kinas sehat. Mungkin akunya aja yang masih belum adaptasi 100% dengan perubahan ritme kehidupan, tapi overall semua baik-baik aja. Kami baik-baik aja. Dan aku bersyukur banget.

    Kehadiran Kinas di hidupku adalah bukti kongkrit kalo kadang hidup itu emang gak bisa diprediksi. Hidup ini penuh kejutan. And I’ll embrace it wholeheartedly?

  • [LIFE] Eid Mubarak + A Small Announcement

    [LIFE] Eid Mubarak + A Small Announcement

    Dear friends,

    Eid Mubarak!

    This year’s Eid was a little different because we had our little daughter only nine days before.

    Yes, friends, Ramadhana Kecil is here! She is perfectly healthy & already stole our hearts. I had her via c-section so I’m still in healing process. I hope I get well soon so I can go back to regular blogging because I have A LOT to tell you.

    More stories to come!

    XOXO

  • [LIFE] Tentang BCL dan Coretan yang Acak-acakan

    Ada sebuah buku harian. Kertasnya coklat. Di sampul dan juga di tiap lembar isinya ada gambar anak cewek yang rambutnya diikat dua, tersenyum lebar, dan melambai-lambaikan tangannya. Beberapa lembar isinya sudah lepas dari jilidnya, saking seringnya buku itu dibuka, ditulisi, ditutup, dibuka lagi, dibaca, dan ditutup lagi. Baunya khas sekali, membuat kami kangen setengah mati kalau buku itu disimpan terlalu lama oleh salah seorang di antara kami.

    Tadinya buku itu membusuk saja dalam lemariku, sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengeluarkannya dari situ dan menjadikannya sedikit lebih berguna. Aku menunjukkan buku itu pada teman-teman, yang langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Kami menyebut buku itu BCL–Buku Curhat Ladies. Nama konyol itu nongol begitu saja di kepala Mijra ketika kami sedang menulis halaman pertama yang berisi peringatan “maaf… tapi isi buku ini sama sekali bukan urusan kamu. jadi, sebaiknya kamu tutup & simpen lagi buku ini ke tempatnya semula. okeh, mamen? trims… tertanda, yang punya.” Tadinya tulisan itu cuma segitu, tapi Sum menambahkan “BCL” setelah “yang punya” atas ide Mijra.

    Jadi begitulah awal si buku aneh itu. Buku yang namanya mirip nama artis seksi.

    Dan, eh, siapakah kami? (Harusnya tadi aku memperkenalkan kami dulu ya?) Kami adalah sekelompok cewek SMA yang biasa-biasa saja, bukan dari kalangan cewek populer yang hobi gonta-ganti pacar. Malah, kami adalah cewek-cewek menyedihkan yang selama 3 tahun di SMA tidak pernah sekalipun jadian dengan teman satu sekolah. Sebagian besar dari kami adalah cewek-cewek patah hati, korban cinta bertepuk sebelah tangan. Tapi, (bukannya sombong, ya?) kami ini cukup pintar. Beberapa orang di antara kami masuk 5 besar di kelas masing-masing. Tapi sepertinya otak encer tetap kalah kalau dibandingkan dengan wajah mulus, jadi ya nasib kami tetap saja begitu sampai kami lulus.

    Itulah isi BCL: nasib kami. Curahan hati. Kesedihan, air mata, kemarahan, kedengkian. Tapi ada juga yang tentang semangat, lelucon, skor sepak bola dan hasil akhir balap motor. Ditulis di lembar-lembar kertas berwarna coklat dengan tinta berwarna-warni. Kami mencurahkan apa-apa yang ada dalam hati kami. Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, lucu juga, ya? Waktu itu kami sudah kelas 3. Ujian sudah dekat, tapi kami masih menulis tentang cinta bertepuk sebelah tangan di BCL. Seolah-olah ujian tidak terlalu penting jika dibandingkan dengan apa yang diceritakan Yoga padaku tentang ceweknya yang berambut panjang itu, atau bahwa Liverpool menang 4-1 melawan Manchester United.

    Ini beberapa contoh tulisan kami:
    Mijra: Attention .. ! mamen, kasi aq gawe lah. tapi digaji. duit jjan 1minggu aq ilang. 1/2 nya siy. tp ttep ue sengsara. heu.. -Gerrard-
    Aku: ada gawe dr PU, bersihin Cikapundung sama ngeringin air Citarum. LOL!
    Aku lagi: BEWARA: Scolari dipecat!! tapi katanya Chelsea mau ngebajak Gianfranco Zola dari West Ham

    Begitulah buku itu beredar dari hari ke hari, tangan ke tangan. Pernah hampir dibaca oleh Yoga, tapi terselamatkan oleh kuasa Tuhan. Pernah juga tertinggal semalaman di kolong meja di kelas. Pernah diperam Rita berminggu-minggu di kamarnya, sampai kami khawatir BCL akan jamuran, kekhawatiran yang akhirnya tidak terbukti.

    Kami menghiasi BCL dengan kisah kehidupan di tahun terakhir kami sebagai siswi SMA. Sebaliknya, BCL juga menghiasi kisah kehidupan kami itu. Kenangan di dalamnya sangat kuat, seolah-olah kenangan itu bisa berubah menjadi sesosok manusia, seperti yang terjadi pada buku harian Tom Riddle dalam kisah Harry Potter. Tapi, kalaupun kenangan kami bisa menjadi seperti itu, aku yakin kenangan kami akan menjadi sosok cewek yang cantik. Nampak begitu cantik karena ketulusan dan kejujurannya.

    Kami berhenti menulisi BCL selewat ujian, mungkin karena kami semakin jarang bertemu, atau mungkin karena tak ada yang bisa diceritakan. Hidup kami adanya di sekolah, jadi kalau tidak ke sekolah, kami tidak ‘hidup’. Memang apa sih yang bisa dilakukan di rumah? Tidur? Makan? Mandi? Masakan kami mau menulis “Hari ini aku makan pake ayam goreng” atau “Hari ini aku mandi cuma sekali, jam 5 sore”?

    Akhirnya kami berhenti menulisinya sama sekali. BCL kembali lagi ke dalam lemari kamarku yang lembab, tempatnya dulu sebelum mendapat tempat di hati kami. Aku beruntung. Tiap kali aku bosan atau butuh hiburan, aku tinggal membuka lemariku dan mengeluarkannya saja. Biasanya aku akan tertawa-tawa membaca tulisan-tulisan Mijra yang bahasanya konyol, tulisan Martin yang acak-acakan dan hampir tak terbaca, tulisan Jabet yang bulat-bulat seperti penulisnya. Seolah-olah mereka ada di situ, di kamarku yang kecil, ikut tertawa membaca BCL bersamaku.

    Tulisan terakhir di BCL adalah tulisan Mijra, yang dengan penuh semangat menulis skor Liga Champions:
    Barcelona 2 – 0 Manchester United

    Sekarang semuanya sudah berubah. Tapi BCL tidak. Begitu pula kami.
    🙂