Blog

  • [POEM] A sad story.

    In desperation I seek.
    Through the trees I peek.
    For a love you’ve promised me last year.
    Can I now find it here?
    I thought you were real.
    Thought it was what you really feel.
    I was wrong, wasn’t I?
    And why
    would you hurt me that way?
    What should for this I pay?
    Tell me the reason
    Why your love went away with the season.
    Tell me one thing I have to know:
    To where now should I go?

    ***

    Another piece I wrote about a girl I know. Hope it could cheer you up a bit, Dude =]

  • [POEM] Gak akan ada.

    Gak akan ada cantik kalo gak ada jelek.
    Gak akan ada baik kalo gak ada buruk.
    Gak akan ada peace kalo gak ada clash.
    Gak akan ada kaya kalo gak ada miskin.
    Gak akan ada cinta kalo gak ada benci.
    Gak akan ada atas kalo gak ada bawah.
    Gak akan ada senang kalo gak ada sedih.
    Gak akan ada sukses kalo gak ada gagal.
    Gak akan ada hal-hal yang menyenangkan kalo gak ada yang menyakitkan.
    Kenapa ini kita sebut sebagai sesuatu yang mudah?
    Karna kita pernah menjumpai yang susah.

  • [POEM] When you feel like crying

    When you feel like crying.
    When the ground you stand feels like shaking.
    Nothing you could give out but tear.
    Here’s, my dear, something you should hear.

    When you feel like you’re betrayed tonight.
    When you feel like nothing is alright.
    You have gone and given it a try.
    Now you fail, my dear, you may cry.

    When you feel like you’re torn into pieces.
    When you can’t feel nothing but this.
    Cry, my dear, it’s okay.
    For tomorrow, my dear, is another day.

  • [POEM] Tentang Senja di Selatan

    [POEM] Tentang Senja di Selatan

    Lembayung tak dapat menggugahmu,
    membuatmu lupa pada sesuatu yang mengganggu
    mimpi-mimpi indahmu.
    Jika kata yang terucap adalah dusta,
    untuk apa lagi percaya?
    Aku tahu kau tertawa.
    Kau sembunyikan di balik wajah nelangsa.
    ‘Tak dapat kukatakan.’
    Tapi tetap kau ucapkan
    di akhir perjalanan.
    Kebimbangan,
    kerisauan hati.

    Aku menutup pintu.
    Kuncinya kutitipkan padamu.

  • [LIFE] Tentang BCL dan Coretan yang Acak-acakan

    Ada sebuah buku harian. Kertasnya coklat. Di sampul dan juga di tiap lembar isinya ada gambar anak cewek yang rambutnya diikat dua, tersenyum lebar, dan melambai-lambaikan tangannya. Beberapa lembar isinya sudah lepas dari jilidnya, saking seringnya buku itu dibuka, ditulisi, ditutup, dibuka lagi, dibaca, dan ditutup lagi. Baunya khas sekali, membuat kami kangen setengah mati kalau buku itu disimpan terlalu lama oleh salah seorang di antara kami.

    Tadinya buku itu membusuk saja dalam lemariku, sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengeluarkannya dari situ dan menjadikannya sedikit lebih berguna. Aku menunjukkan buku itu pada teman-teman, yang langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Kami menyebut buku itu BCL–Buku Curhat Ladies. Nama konyol itu nongol begitu saja di kepala Mijra ketika kami sedang menulis halaman pertama yang berisi peringatan “maaf… tapi isi buku ini sama sekali bukan urusan kamu. jadi, sebaiknya kamu tutup & simpen lagi buku ini ke tempatnya semula. okeh, mamen? trims… tertanda, yang punya.” Tadinya tulisan itu cuma segitu, tapi Sum menambahkan “BCL” setelah “yang punya” atas ide Mijra.

    Jadi begitulah awal si buku aneh itu. Buku yang namanya mirip nama artis seksi.

    Dan, eh, siapakah kami? (Harusnya tadi aku memperkenalkan kami dulu ya?) Kami adalah sekelompok cewek SMA yang biasa-biasa saja, bukan dari kalangan cewek populer yang hobi gonta-ganti pacar. Malah, kami adalah cewek-cewek menyedihkan yang selama 3 tahun di SMA tidak pernah sekalipun jadian dengan teman satu sekolah. Sebagian besar dari kami adalah cewek-cewek patah hati, korban cinta bertepuk sebelah tangan. Tapi, (bukannya sombong, ya?) kami ini cukup pintar. Beberapa orang di antara kami masuk 5 besar di kelas masing-masing. Tapi sepertinya otak encer tetap kalah kalau dibandingkan dengan wajah mulus, jadi ya nasib kami tetap saja begitu sampai kami lulus.

    Itulah isi BCL: nasib kami. Curahan hati. Kesedihan, air mata, kemarahan, kedengkian. Tapi ada juga yang tentang semangat, lelucon, skor sepak bola dan hasil akhir balap motor. Ditulis di lembar-lembar kertas berwarna coklat dengan tinta berwarna-warni. Kami mencurahkan apa-apa yang ada dalam hati kami. Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, lucu juga, ya? Waktu itu kami sudah kelas 3. Ujian sudah dekat, tapi kami masih menulis tentang cinta bertepuk sebelah tangan di BCL. Seolah-olah ujian tidak terlalu penting jika dibandingkan dengan apa yang diceritakan Yoga padaku tentang ceweknya yang berambut panjang itu, atau bahwa Liverpool menang 4-1 melawan Manchester United.

    Ini beberapa contoh tulisan kami:
    Mijra: Attention .. ! mamen, kasi aq gawe lah. tapi digaji. duit jjan 1minggu aq ilang. 1/2 nya siy. tp ttep ue sengsara. heu.. -Gerrard-
    Aku: ada gawe dr PU, bersihin Cikapundung sama ngeringin air Citarum. LOL!
    Aku lagi: BEWARA: Scolari dipecat!! tapi katanya Chelsea mau ngebajak Gianfranco Zola dari West Ham

    Begitulah buku itu beredar dari hari ke hari, tangan ke tangan. Pernah hampir dibaca oleh Yoga, tapi terselamatkan oleh kuasa Tuhan. Pernah juga tertinggal semalaman di kolong meja di kelas. Pernah diperam Rita berminggu-minggu di kamarnya, sampai kami khawatir BCL akan jamuran, kekhawatiran yang akhirnya tidak terbukti.

    Kami menghiasi BCL dengan kisah kehidupan di tahun terakhir kami sebagai siswi SMA. Sebaliknya, BCL juga menghiasi kisah kehidupan kami itu. Kenangan di dalamnya sangat kuat, seolah-olah kenangan itu bisa berubah menjadi sesosok manusia, seperti yang terjadi pada buku harian Tom Riddle dalam kisah Harry Potter. Tapi, kalaupun kenangan kami bisa menjadi seperti itu, aku yakin kenangan kami akan menjadi sosok cewek yang cantik. Nampak begitu cantik karena ketulusan dan kejujurannya.

    Kami berhenti menulisi BCL selewat ujian, mungkin karena kami semakin jarang bertemu, atau mungkin karena tak ada yang bisa diceritakan. Hidup kami adanya di sekolah, jadi kalau tidak ke sekolah, kami tidak ‘hidup’. Memang apa sih yang bisa dilakukan di rumah? Tidur? Makan? Mandi? Masakan kami mau menulis “Hari ini aku makan pake ayam goreng” atau “Hari ini aku mandi cuma sekali, jam 5 sore”?

    Akhirnya kami berhenti menulisinya sama sekali. BCL kembali lagi ke dalam lemari kamarku yang lembab, tempatnya dulu sebelum mendapat tempat di hati kami. Aku beruntung. Tiap kali aku bosan atau butuh hiburan, aku tinggal membuka lemariku dan mengeluarkannya saja. Biasanya aku akan tertawa-tawa membaca tulisan-tulisan Mijra yang bahasanya konyol, tulisan Martin yang acak-acakan dan hampir tak terbaca, tulisan Jabet yang bulat-bulat seperti penulisnya. Seolah-olah mereka ada di situ, di kamarku yang kecil, ikut tertawa membaca BCL bersamaku.

    Tulisan terakhir di BCL adalah tulisan Mijra, yang dengan penuh semangat menulis skor Liga Champions:
    Barcelona 2 – 0 Manchester United

    Sekarang semuanya sudah berubah. Tapi BCL tidak. Begitu pula kami.
    🙂