Jawabannya cukup singkat & jelas: sedikit terabaikan.
Selama hamil, aku tetap berkegiatan seperti biasa: mengajar di Bandung dan pulangnya sering malam. Tapi aku selalu pulang. Dan setiap pulang, aku selalu disambut oleh Jejess yang selalu setia menanti. Kadang Jejess berdua dengan Ungil. Bahkan kadang ketiganya ada di rumah, termasuk Chop-Chop.
Selama hamil, tidak ada yang berbeda dari rutinitasku bersama mereka. Aku tetap membersihkan litter box, mereka tetap menemaniku tidur di kasur, mereka tetap kugendong, kupangku, kupeluk, dan kuciumi. Aku tidak takut virus tokso, karena setelah cek lab ternyata aku memang pernah terjangkit tapi sudah sembuh sendiri dan sekarang sudah terbentuk antibodi di dalam tubuhku. Perkembangan janin juga normal, alhamdulillah.
Lalu pada tanggal 5 Juni, H+1 dari HPL-ku, ketika masih belum ada tanda-tanda aku akan melahirkan, aku berangkat ke rumah sakit untuk kontrol. Pagi itu Jejess minta main ke luar dan aku jawab “Aku mau pergi dulu, Jess. Nanti aja ya pulangnya baru main ke luar. Nggak lama kok, cuma sebentar.” Nyatanya aku diminta untuk menginap dan dijadwalkan untuk operasi cesar keesokan paginya.
Setelah Kinas lahir, aku harus menginap lagi selama dua malam. Setelah itu, selama masa pemulihan aku menginap di rumah Ibu di Bandung. Akhir bulan Juni, aku pulang ke rumah tapi karena ada mertua dan keluarga suami yang datang dari Lampung, para kucing jadi harus dititipkan ke penitipan kucing. Sampai sekarang pun aku masih suka menginap di Bandung, jadi para kucing jarang sekali bertemu denganku.
Baca juga: How I Met My Cat
Di tengah kekacauan jadwal dan ritme kehidupan ini, akhirnya Ungil pergi dan tidak pernah pulang lagi. Entah ke mana perginya. Apakah tersesat, atau diambil orang, atau meninggal, sampai sekarang aku masih tidak tahu.
Yang tersisa sekarang tinggal Jejess dan Chop-Chop. Karena Jejess tidak bisa memanjat jendela, dia lebih sering hidup terkurung di rumah, sementara Chop-Chop lebih sering main di luar rumah dan hanya pulang sesekali untuk makan.
Rasanya sedih sekali melihat mereka seperti ini. Tapi keadaanku sekarang memang belum memungkinkanku untuk diam di rumah berdua saja dengan Kinas kalau ayahnya sedang ngantor. Suasana komplek yang sepi dan jauh dari tempat jajan serta ketiadaan Go-Food jadi alasan terbesar kenapa aku jarang di rumah. Mau masak sendiri, Kinas sering tidak kooperatif.
Tapi aku percaya seiring berjalannya waktu dan seiring tumbuh kembangnya Kinas, kami akan bisa menyesuaikan ritme kehidupan dan menyertakan para kucing lagi di dalamnya. Semoga Jejess dan Chop-Chop mau bersabar.
Baca juga: Jess Daily (Or What My Cat Does Everyday)