Jadi, tibalah saatnya… Aku galau pilih-pilih SD buat Kinas ?
Dua tahun yang lalu ketika kami memutuskan untuk menyekolahkan Kinas ke TK, kami nggak terlalu galau karna memang kebetulan deket rumah ada TK. Lokasinya beneran deket, cuma jarak ratusan meter, cukup 5 menit waktu tempuh kalo jalan kaki. TKnya juga TK dengan kurikulm nasional, bukan yang keagamaan (more about this later). Waktu itu Kinas baru aja ulang tahun yang ke-4, termasuk terlalu dini kalo berencana untuk 2 tahun di TK. Kami mikirnya “Ah, gapapa lah, kalo memang dirasa terlalu muda untuk masuk SD, ya udah TKnya 3 tahun aja.” Ini bisa dibilang menunda masalah ya, yang harusnya udah dipikirin dari saat itu malah ditunda-tunda, makanya sekarang galau lagi wkwk
Kinas lahir di awal bulan Juni, jadi Juli 2024 nanti dia baru 6 tahun lebih 3 minggu. Usianya masuk sih di batas minimal masuk SD (which is 6 tahun per 1 Juli di tahun tersebut), tapi kata guru TKnya, rata-rata SD negeri itu nerimanya minimal 6 tahun 3 bulan untuk anak perempuan dan 6 tahun 8 bulan untuk anak laki-laki. Ya nggak masalah sih, soalnya aku dan suami emang nggak berniat untuk daftarin Kinas ke SD negeri. Nah, tapi… masalah selanjutnya adalah nggak ada SD swasta berkurikulum nasional di daerah deket rumah, adanya yang berafiliasi agama sama sekolah internasional.
Aku pengennya Kinas masuk SD yang kurikulum nasional dan bukan yang berafiliasi agama karna pengen dia punya temen yang lebih beragam, nggak homogen. Pengalamanku waktu SD, aku temenannya sama anak-anak dari berbagai macam latar belakang agama, suku, dan ras. Dan aku nggak pengen Kinas masuk sekolah internasional karna mahal (tentu saja wkwk).
Jadi, opsinya ada dua:
- masuk sekolah yang jauh dari rumah (ada 2 calon sekolah yang udah aku incer, dua-duanya di Bandung, sekitar 40-50 menitan pake mobil)
- pindah rumah ke lokasi yang deket sama sekolah inceran
Opsi pertama bakal lebih terjangkau secara ekonomi dan dengan komitmen jangka menengah. Positifnya adalah nggak perlu pindah (obviously), karna jujur lokasi rumah yang sekarang tuh menurutku udah cukup enak: sejuk, nggak banyak polusi udara, dan nggak terlalu berisik. Negatifnya adalah Kinas bakalan mengalami perubahan pola hidup yang cukup drastis. Dia bakalan harus bangun pagi banget untuk berangkat sekolah. Agak kasian masih kecil tapi udah harus commute 40-50 menit tiap pagi ?
Opsi kedua bakal lebih enak buat Kinas tapi berat secara ekomi dan butuh komitmen jangka panjang. Positifnya adalah Kinas nggak harus commute, berangkat sekolah (mungkin) bisa lebih santai. Negatifnya adalah kami harus bertransformasi menjadi pejuang KPR ? Selain itu, pindah ke Bandung berarti kudu siap menghadapi ingar bingar kehidupan kota (yang sudah hampir 9 tahun kutinggalkan) beserta polusi udaranya. No more udara sejuk segar perbukitan di pagi hari.
Suamiku cenderung ke opsi kedua, tapi aku cenderung ke opsi pertama. Kinas masuk SDnya masih tahun depan sih, tapi semuanya kudu diputuskan dari sekarang karna kalo mau ambil opsi pertama, berarti kudu segera siap-siap daftar SD (karna daftarnya udah dari September besok ini). Sedangkan kalo mau ambil opsi kedua, berarti kudu cari-cari rumah dan nyiapin KPR juga biar tahun depan udah bisa pindah. Ribet kan? Ribet kan? Emang dasar kehidupan orang dewasa ?
3 Comments
yandanxvurulmus.B0BQmLGps2Hy
29 December 2023 at 11:19 PMxbunedirloooo.pjUmzTNwI1ip
30 December 2023 at 4:17 AMdistinctiveness xyandanxvurulmus.jvhgGde6CbJ0
30 December 2023 at 3:40 PM