Menyapih. Suatu hal yang rasanya jauh & masih lama banget. “Anaknya masih bayi ini kok. Masih kecil ini kok.” Lalu tiba-tiba… BOOM! The baby is celebrating her second birthday. Nggak kerasa sama sekali.
Aku juga dulu merasa bahwa menyapih itu adalah sesuatu yang masih jauh di masa depan. Santai saja, jalani saja. Lalu ketika Kinas mendekati usia 2 tahun, aku baru mulai cari-cari tahu tentang menyapih.
Dalam pencarianku, yang paling banyak aku temukan adalah istilah menyapih dengan cinta atau weaning with love. Basically, menyapih dengan cinta adalah cara menyapih gentle tanpa paksaan & tipuan, jadi nggak pakai obat merah atau daun yang pahit itu, tapi dengan cara memberi pengertian dari jauh-jauh hari (misalnya “Kamu kan sudah besar. Kalau sudah besar sudah nggak nyusu sama Ibu. Nanti nyusunya pakai botol atau gelas.” dst.) Syarat cara ini adalah baik ibu maupun anak harus sama-sama siap. Standar “siap” untuk masing-masing orang pastinya beda, jadi ya nggak bisa disamaratakan juga.
Sejak awal hamil, aku memang sudah memutuskan untuk agak selow & bawa enjoy. Sebisa mungkin ngasih ASI, tapi andai memang nggak mampu ya nggak masalah kalau harus diseling atau bahkan full susu formula. Berusaha semaksimal mungkin, tapi nggak strict banget.
Dan alhamdulillah ASI untuk Kinas lancar & cukup, nggak kurang & nggak lebih juga. Masuk usia 1 tahun, dia mulai disuplemen Pediasure karena susah makan & kenaikan berat badannya nggak signifikan. Puji syukur anaknya suka, berat badan bagus, tapi nyusu ASI juga masih tetap lancar. Saat itu Pediasure benar-benar sebagai suplemen, bukan pengganti ASI.
Menjelang usia 2 tahun, aku masih belum rajin memberi pegertian untuk weaning with love seperti yang tadi aku jelaskan di atas. Tapi memang frekuensi menyusu Kinas juga mulai menurun, dia jadi lebih banyak minum Pediasure (kadang sampai 5 botol sehari ?).
Lalu tepat ketika dia ulang tahun yang kedua, Kinas sakit & harus rawat inap di rumah sakit. Dokternya menyarankan untuk lanjut diberi ASI karena dia harus banyak mengonsumsi cairan, apalagi dia jadi nggak mau makan juga selama sakit itu. Jadi menyapihnya nggak jadi.
Sepulang dari RS, justru Kinas sendiri yang semakin mengurangi frekuensi menyusunya jadi tiap mau tidur siang & tidur malam, ditambah kalau kebangun tengah malam & juga ketika bangun di pagi harinya. Ini berlangsung selama hampir sebulan.
Lalu ketika dia tepat berusia 25 bulan, aku mulai mencoba untuk nggak kasih dia nyusu sebelum tidur. Ketika dia mulai ngantuk & minta nyusu, aku ajak dia untuk dieyong-eyong saja. Surprisingly, dia tidur tanpa banyak drama!
Ini terulang selama beberapa hari; dia hanya menyusu kalau kebangun tengah malam saja. Dan akhirnya, aku coba untuk nggak kasih nyusu sama sekali dan… berhasil! Alhamdulillah anakku sudah besar ?
Hari ini genap 9 hari Kinas berhenti menyusu. Beberapa hari pertama dia masih minta tapi nggak maksa. Kebetulan juga payudaraku mulai bengkak & harus dipompa, dan Kinas lihat sendiri prosesnya & paham kalau aku kesakitan. Akhirnya dia nggak pernah minta lagi.
Alhamdulillah sekali proses menyapih Kinas sangat lancar & tanpa drama sama sekali. Semuanya terjadi begitu saja. Satu-satunya perjuangannya cuma kalau dia kebangun tengah malam & harus dieyong-eyong sementara aku juga ngantuk. Ayahnya lagi sakit juga nih, jadi nggak bisa bantu banyak.
Tapi bisa lah ya! Bismillah aja ??