Aku dan adik semata wayangku, Dewi, punya perbedaan usia cukup jauh. Aku umur 9 tahun waktu Dewi lahir. Ibuku sempat keguguran dua kali sebelum akhirnya hamil Dewi. Waktu hamil Dewi itu pun ibuku sempat menginap di rumah sakit selama hampir seminggu karena morning sickness parah. Tapi alhamdulillah kandungan Ibu kuat dan beberapa bulan kemudian, tepatnya di pertengahan bulan Maret tahun 2000, Dewi lahir.
Perbedaan usia kami yang cukup jauh itu menjadikan kami tidak terlalu akrab waktu kecil dulu. Mainan kami nggak nyambung, jadi kami terhitung jarang main bareng. Teman-temanku dulu sering bawa adiknya main, tapi Dewi punya lingkaran pertemanannya sendiri, jadi aku nggak pernah bawa dia main. Aku juga harus tahan setiap hari harus nonton acara bocah macam Blue’s Clues, Dora The Explorer, Teletubbies, dll. Padahal waktu itu aku sudah mulai beranjak remaja. Kesel nggak sih teman-temanmu ngobrolin acara MTV, sedangkan kamu lebih hapal lagu “Kita dapat surat… Kita dapat surat…”? Tapi seiring berjalannya waktu, ternyata aku dan Dewi punya cukup banyak persamaan lho! Di antara persamaan itu adalah selera musik (Fall Out Boy!) dan… wajah berjerawat ? (Tapi Dewi yang sekarang jadi tomboy itu nggak terlalu memusingkan jerawatnya sih, nggak kayak aku yang sempat berobat sana-sini walaupun akhirnya menyerah juga haha…)
Walaupun aku lebih tua 9 tahun darinya, aku sebenarnya merasa Dewi mengajariku jauh lebih banyak hal dibandingkan aku mengajarinya. Karena perbedaan usia yang cukup jauh, aku jadi turut serta ‘mengurus’ Dewi waktu dia masih bayi dulu. Pengalaman menggendong, mengajak main, melihat Ibu memandikan dan menyuapi Dewi… semua itu terpatri di ingatanku. Memperhatikan Ibu mengurus Dewi sedikit banyak mempengaruhi cara pandangku dalam mengurus anakku sendiri sekarang. Dan walaupun dia anak bungsu, dia lebih dewasa dan mudah bergaul dibandingkan aku. Temannya banyak dan ada di mana-mana, baik yang nyata maupun yang maya (hehe). Walaupun dia adalah adik ‘kecil’-ku, buatku dia adalah sosok yang inspiratif.
Saat ini, setelah aku dewasa dan Dewi remaja, kami jadi semakin akrab. Kami sesekali suka jalan-jalan dan jajan bareng. Kebetulan kami juga satu selera kalau urusan jajan, jadi aku suka traktir dia jajan kesukaan kita bersama: fast food! ? Enaknya kalau mau mentraktir di jaman sekarang nggak usah repot bawa uang tunai dan ngurusin kembalian karena aku sudah punya TCASH! Cara pakai TCASH gampang banget. Kita tinggal bilang aja ke kasir di merchant TCASH kalau kita mau bayar #pakeTCASH. Nanti tergantung merchant-nya menerima pembayaran TCASH dengan metode apa, bisa dengan cara tap langsung stiker NFC TCASH ke mesin EDC, atau bisa juga dengan cara snap QR code lewat aplikasi TCASH Wallet di smartphone kita. Nanti saldo TCASH kita akan terpotong sesuai dengan nominal belanja kita dan kita akan dapat bukti pembayaran, baik dari merchant-nya maupun via SMS langsung ke smartphone kita. Gampang kan?
Sayangnya sekarang aku sudah sangat jarang mentraktir Dewi karena kami jarang ketemu. Dewi sekarang sudah jadi mahasiswi(!!!) dan tinggal di asrama kampusnya. Tapi komunikasi kami nggak pernah putus. Kami suka saling kirim meme via chat apps. Kadang juga saling tag di media sosial. Kalau kuota internetnya habis, Dewi tinggal minta kirim. Aku tinggal buka aplikasi TCASH Wallet dan langsung beliin kuota di situ. Praktis banget!
Perjalanan Dewi insyallah masih panjang. Akan ada banyak tantangan di hidupnya. Aku selalu mendoakan agar dia diberikan yang terbaik dan bisa selalu tetap menginspirasi. Sebagai kakaknya, aku ingin bisa selalu memberikan yang terbaik. Semoga aku bisa.
#BuatKamu, adik semata wayang kesayanganku, apa sih yang nggak? ?
Leave a Reply